ARTRITIS REUMATOID JUVENIL (ARJ)
BATASAN Penyakit (kelompok penyakit) yang ditandai dengan artritis kronik disertai sejumlah manifestasi ekstra artikular. Artritis disebabkan oleh inflamasi sinovia, bersifat asimetris, kronik menetap pada lebih dari satu sendi selama beberapa minggu/bulan/tahun
ETIOLOGI
Belum diketahui pasti
PATOGENESIS
Masih memerlukan penelitian lebih lanjut
Beberapa penelitian menunjukkan adanya peranan faktor genetik (HLA) : HLA-AR, HLA-DRw8, HLA-DRw2, HLA-DR4, dan lain-lain
Reaktivitas imun selular
Ditemukan adanya reaktivitas sel limfosit T dalam darah dan cairan sinovia terhadap beberapa antigen bakteri pada penderita oligoartritis tipe II. Hal ini menunjukkan bahwa adanya infeksi pada penderita yang rentan secara genetik dapat menyebabkan artritis kronik.
KRITERIA DIAGNOSIS
Menurut ARA :
- Onset pada umur < 16 tahun
- Artritis pada > 1 sendi
Definisi :
Pembengkakan atau efusi pada sendi
Adanya > 2 tanda pada sendi
Keterbatasan gerakan
Nyeri tekan atau nyeri pada pergerakan
Palpasi : lebih panas (kalor)
- Lama sakit > 6 minggu
· Tipe onset penyakit selama 6 bulan pertama diklasifikasi sebagai :
i. Poliartritis (> 4 sendi)
ii. Oligoartritis ( < 4 sendi)
iii. Penyakit sistemik artritis disertai demam intermiten
· Eksklusi bentuk artritis juvenil lain
DIAGNOSIS BANDING
- Demam reumatik akut/artritis reumatik (DRA/AR)
- Artritis reaktif streptokokus (ARS)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Tidak ada uji yang diagnostik untuk ARJ
- Berguna untuk menyingkirkan penyakit lain
- Hb : umumnya anemia ringan, anemia berat dapat terjadi pada penyakit sistemik yang berat.
- Trombosit, leukosit, eritrosit : pansitopenia pada terapi metotreksat, monitor tiap minggu
- SGOT dan SGPT meningkat pada pemberian OAINS dan metotreksat mengalami hepatotoksik), monitor tiap 4 – 6 minggu
- LED : umumnya tinggi pada fase aktif, pada oligoartritis sering normal
- CRP : dapat meningkat pada fase aktif
- ASTO : post infeksi streptokokus (DD/ dengan DRA/AR dan ARS)
- ANA (antinuclear antibody) : bila (+) risiko terjadinya iridosiklitis lebih tinggi
- RF (rheumatoid factor) : (+) hanya pada 5 – 10% penderita ARJ, tidak spesifik untuk diagnostik
- C3 : titer meningkat
- Analisis cairan sendi
- Patologi anatomi : biopsi sinovium, tidak biasa dilakukan
- Radiografi/Radiologi : sendi, toraks (dapat terjadi pleuritis ringan, perikarditis
- CT scan tulang
- USG
- MRI
PENYULIT
1. Gangguan fungsi sendi : kontraktur, fusi tulang sendi
2. Iridosiklitis kronik, kerusakan mat, buta
3. Spondiloartropati kronik
4. Gangguan psikologik, sosial
5. Amiloidosis (6% penderita)
6. Iatrogenik (efek simpang terapi obat-obatan)
KONSULTASI
Bagian Bedah Tulang, Rehabilitasi Medik, Mata, Genetik, Bedah Mulut
PENATALAKSANAAN
Terapi Farmakologi
1. OAINS
a. Asam asetil salisilat (aspirin) : BB <25 kg, 100 mg/kgBB/hari p.o. dalam 3 – 4 dosis bersama makanan, BB> 25 kg, totl 2, - 3,6 g/hari. Bila tidak efektif setelah pengobatan 2 – 3 bulan, ganti OAINS lain
b. Tolmetin sodium : 15 – 30 mg/kgBB/hari p.o. dalam 4 dosis, maksimal 1800 mg/hari
c. Naproksen : 10 – 20 mg/kgBB/hari p.o. dalam 2 – 3 dosis, maksimal 1250 mg/hari
d. Sulfasalazin (kombinasi 5-aminosalicylic acid + sulfapyridane) : 10 mg/kgBB/hari p.o., ditingkatkan tiap minggu sebesar 10 mg/kgBB/hari sampai efektivitas tercapai, dosis maksimal 30 – 50 mg/kgBB/hari
2. Metotreksat : dosis 10 mg/m2/minggu p.o./i.m.
a. Monitor klinis dan laboratoris sehubungan dengan efek simpang
b. Pemeriksaan darah lengkap setiap minggu dan sebelum pemberian obat
c. SGOT/SGPT tiap 4 – 6 minggu
d. Pemeriksaan fungsi ginjal
3. Crysotherapy (garam emas) : Gold sodium thiomalate dan aurothioglucose, parenteral (myochrysine) 1 mg/kgBB/kali tiap minggu, peroral (auronofin)
4. Hidroksiklorokuin (Plaquenil) : 5 – 7 mg/kgBB/hari p.o. dosis tunggal, maksimal 300 mg/hari
5. Kortikosteroid
a. Gunakan dosis minimal efektif selama fase aktif
b. Prednison : dosis rendah ( < 0,5 mg/kgBB/hari p.o.), dosis tinggi (1 – 2 mg/kgBB/hari) p.o. pada miokarditis, perikarditis, dekompensasio kordis
c. Metilprednisolon : indikasi bila kehidupan terancam, dosis 30 mg/kgBB/kali i.v. bolus, maksimal 1g/kali, tiap hari selama 5 hari berturut-turut
d. Triamcinolon hexacitonide : 40 mg intraartikular
6. Intravenous Immunoglobulin
a. Dosis 1,5 – 2,0 g/kgBB, maksimal 100 gram
b. Selama 2 bulan pertama 2 kali/bulan, dilanjutkan 1 kali/bulan sampai 6 bulan
7. Terapi fisis dan kerja (sedini mungkin)
PROGNOSIS
Pada umumnya baik
Dengan terapi adekuat selama periode penyakit aktif, kecacatan dapat dicegah pada 75% penderita